Sastra

Lorong Waktu Narya

“Hmm, lorong ini begitu panjang. Jalanan licin dan tidak ada cahaya penerangan sama sekali eh, ada. Cahaya dari sinar bulan yang tengah mengintip tapi sedikit malu-malu..” “Dasar perempuan tolol, kampungan! hidup saya semenjak sama kamu sial terus tau!” sambil membanting pintu kamar Terngiang kembali hardikan suaminya. “Ya Allah dosa apa yang telah hamba perbuat sehingga… Lanjutkan membaca Lorong Waktu Narya

fiksi

Kilatan Cahaya Lantai Keramik (2)

Masih bergelut dengan tuts keyboard. Torik hari itu berhasil menyelesaikan satu artikelnya tentang lingkungan. Pagi-pagi sekali Torik bergegas menuju kantor, ia tahu jalanan Jakarta pasti macet. Segelas kopi dan sepotong kue pastel jumbo sisa semalam, diciumnya “ah, layak makan” sambil nyengir Torik menyadari kelakuannya sendiri. Diliriknya jam bentuk segitiga yang bertengger diatas meja. Pukul 06… Lanjutkan membaca Kilatan Cahaya Lantai Keramik (2)

fiksi · Sastra

Kilatan Cahaya Lantai Keramik

Digeretnya kursi depan komputer, menghempaskan tubuh sambil menghela nafas dalam-dalam. Pelan dan menikmati kepulan asap rokok. Torik memejamkan matanya sesaat, sekujur tubuhnya berpeluh keringat. Sensasi barusan yang dialaminya cukup membuat nafas itu memburu cepat. Jantung dan lelehan darah dalam tubuh seakan berlomba. Dibukanya mata itu, memandangi langit-langit dalam ruangan kantor yang menjadi basis penghasilannya selama… Lanjutkan membaca Kilatan Cahaya Lantai Keramik